Secara garis besar para ahli menyimpulkan bahwa isi kandungan al-Qur’an memuat pokok-pokok yang meliputi:
1. Aqidah
Secara etimologi akidah (aqidah) berasal dari kata ‘aqada ya’qidu-aqdan-aqidatan yang berarti keyakinan atau kepercayaan. Secara terminology menurut Hasan Al-Bana akidah adalah beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketenteraman jiwa menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikitpun dengan keragu-raguan.[1]
Setiap orang mu’min harus meyakini pokok-pokok aqidah yang disebut rukun iman yang enam. Allah menjelaskan pokok aqidah ini dalam surat al-ikhlas: 1-4; al-baqarah: 163, 285; al kafirun:6; dsb.
Adapun ruang lingkup pembahasan akidah meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Illahiyyat yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan Allah swt seperti wujud Allah, nama-nama, sifat-sifat dan perbuatan-Nya.
b. Nubuwat yaitu hal-hal yang berkaitan dengan nabi dan rasul, termasuk pembahasan tentang kitab-kitab Allah, mu’jizat dan sebagainya.
c. Ruhaniyyat yaitu pembahasan yang berkaitan dengan alam metafisik.
d. Sam’iyyat yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang bisa diketahui melalui as-sama’.
2. Syari’ah
Syari’ah secara etimology berasal dari kata syir’ah atau syari’ah yang berarti jalan yang jelas (al-thariq al-wadlih).[2]
Dalam konteks pembagian kandungan al-qur’an ini yang dimaksud syari’ah adalah fiqh, yakni hal-hal yang berkaitan dengan hukum-hukum syara’ yang mengatur tingkah laku manusia yang meliputi ibadah seperti shalat yang dapat dilihat dalam Q.S Al-Ankabut:45), mu’amalah dapat dilihat dalam Q.S Al-Baqarah: 279,280.282. Sedangkan uqubah (pidana) dapat dilihat Q.S Al-Baqarah: 178.
3. Akhlak
Secara etimologi akhlaq bentuk jamak dari khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Secara terminology, akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia yang muncul spontan dalam tingkah laku hidup sehari-hari.[3]
Dalam keseluruhan ajaran islam akhlaq menempati posisi yang penting. Hal ini dapat dibaca dari pengakuan nabi, yang artinya “Sesungguhnya aku (Muhammad) diutus Allah untuk membangun akhlak mulia.” (HR. Ahmad dan al-Bukhari)
Akhlak mulia Nabi senantiasa menjadi model, teladan dan panutan bagi umatnya yang mengharapkan kebahagiaan dunia akhirat, seperti firman Allah SWT dalam QS. Al Qalam: 4 dan QS: al Ahzab: 21.
Ajaran akhlak pada prinsipnya merupakan ajaran yang memberikan tuntunan tentang bagaimana hidup menjadi lebih baik dan bermakna. Ajaran-ajaran seperti tentang ikhlas beramal, tidak sombong, hidup sederhana dll.
4. Sejarah
Sejarah atau kisah-kisah disebut dengan istilah qashabul qur’an. Allah SWT berfirman dalam QS. Yusuf ayat 111 yang artinya: “Sesungguhnya pada kisah-isah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Qur’an itu bukanlah cerita yanh dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman”. Kisah merupakan salah satu metode untuk menyampaikan pesan-pesan moral dan pesan spiritual yang punya daya tarik kuat bagi jiwa. Ia mampu menggugah kesadaran jiwa manusia, sehingga mampu beriman kepada Allah dan berbuat sesuai dengan ajaran al-qur’an.[4]
Ayat-ayat yang menjelaskan tentang sejarah antara lain: QS. Al-Furqan: 37-39 dsb.
5. Iptek
Al-qur’an juga mengandung informasi tentang masalah ilmu pengetahuan. Di dalam al-qur’an banyak ayat-ayat yang menjelaskan tentang dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi agar dapat dan dikembangkan oleh manusia yang suka berpikir untuk keperluan dalam hidupnya. Tujuan penjelasan ayat-ayat tersebut untuk menunjukkan kebesaran Tuhan dan keesaan-Nya, serta mendorong manusia untuk mengadakan observasi dan penelitian demi lebih menguatkan iman dan kepercayaan kepada-Nya. Contohnya dalam Q.S Al-Baqarah:189 tentang bulan sabit. Kemudian pada surat al-Waqi’ah: 71-72 yang artinya : “Apakah kamu melihat api yang kamu nyalakan (dari kayu)?. Apakah kamu yang menumbuhkan pohon kayunya, atau apakah Kami yang menumbuhkannya?”.
Secara garis besar al-qur’an membahas ilmu pengetahuan tentang kedokteran, farmasi, IPA, pertanian, astronomi falak, kelautan, dsb.[5]
6. Filsafat
Berfilsafat sudah dimulai dari dulu yaitu perenungan Nabi Saw ketika bertahannus di gua hira. Itu merupakan bukti kegelisahan filosofis beliau ketika melihat orang-orang Mekkah menyembah berhala. Bukti bahwa al-qur’an mengajak berfilsafat antara lain bahwa ia juga mengajak berdebat dengan masyarakat Arab yang ketika itu sudah memiliki tradisi, pemikiran dan budaya.[6] Dalam al-qur’an terdapat ayat-ayat yang berbicara tentang persoalan filosofis, antara lain siapa sesungguhnya pencipta langit dan bumi. Ini tampak dalam firman Allah dalam Q.S Lukman: 25 yang artinya: Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka, “siapakah yang menciptakan langit dan bumi?” Tentu mereka akan menjawab, “Allah.” Katakanlah, “Segala puji bagi Allah”; tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. Juga terdapat dalam Q.S al-Zumar: 38. Dan masalah keesaan Tuhan yang terdapat dalam Q.S Al-Anbiya: 22.
[1] Pokja akademik uin. 2005. h.
[2] Ibid. h.98
[3] Muh.Asnawi,dkk. Qur’an Hadits untuk MA kelas X.Semarang.CV Gani.2004.h.45
[4] Muhammad Kamil Hasan, Al-quran wal Qishshah al-Haditsah (Beirut: Dar al-Buhuts,1970), hlm. 17
[5] Muh.Asnawi,dkk.opcit.h.50
[6] Muhammad Yusuf Musa, Al-Qur’an wa Falsafah, (Mesir: Dar al-Ma’arif, 1996), hlm.29
Tidak ada komentar:
Posting Komentar